TUBAN : Bupati Tekankan Pembinaan Akhlak di Sekolah
Jumat, 12 Juli 2013, Sumber : SURYA Online
TUBAN-Bupati Tuban, Fathul Huda meminta agar pendidikan di tahun mendatang lebih menekankan pada bidang keagamaan. Ini dilakukan supaya akhlak serta moral siswa di berbagai sekolah bisa terjaga, terbina dan bisa memunculkan identitas Tuban sebagai bumi wali.Hal tersebut dikemukakan Bupati Tuban ketika membuat Pondok Ramadhan di Masjid Jami, Desa Margomulyo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Jumat (12/07/2013) siang.
“Kenyataan yang terjadi saat ini sangat tidak mencerminkan bumi wali ” kata Fathul Huda dihadapan 1500 siswa dari 150 sekolah di Kecamatan Kerek, Kecamatan Merakurak, Kecamatan Montong dan Kecamatan Jenu.
Menurut Fathul Huda, saat ini anak-anak remaja di Kabupaten Tuban tengah memasuki krisi moral. Dimana ada banyak sekali berita terkait remaja yang sangat kurang bermoral. Misalnya, maraknya kasus pencabulan yang dilakukan remaja, serta budaya hidup yang menurut Fathul Huda kurang baik.
“Kenyataan yang terjadi saat ini sangat tidak mencerminkan bumi wali ” kata Fathul Huda dihadapan 1500 siswa dari 150 sekolah di Kecamatan Kerek, Kecamatan Merakurak, Kecamatan Montong dan Kecamatan Jenu.
Menurut Fathul Huda, saat ini anak-anak remaja di Kabupaten Tuban tengah memasuki krisi moral. Dimana ada banyak sekali berita terkait remaja yang sangat kurang bermoral. Misalnya, maraknya kasus pencabulan yang dilakukan remaja, serta budaya hidup yang menurut Fathul Huda kurang baik.
"Iman remaja saat ini masih terbatas di percaya, dan diperlukan pembinaan keimanan yang harus ditingkatkan baik itu kwantitas maupun kwalitas, seperti yang akan dilakukan kali ini,” kata Fathul Huda.
Dalam kegiatan Pondok Ramadhan ini juga dimeriahkan oleh ceramah KH Zawawi Imron, seorang sastrawan yang memiliki julukan clurit emas.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tuban Sutrisno mengatakan mundurnya akhlak para remaja ini juga bisa menyebabkan banyak calon siswa kini memilih ke lembaga swasta, seperti Madrasah atau Pesantren.
Karena itu dia menyambut baik keinginan bupati tersebut untuk menekankan pendidikan moral bagi para siswa. Terlebih lagi, jumlah pelajar putus sekolah di Tuban sangat kecil. Pada tahun lalu, jumlah siswa yang putus sekolah hanya mencapai 0,12 persen dari jumlah siswa yang lulus.
"Jika diambil data itu, kami berkeyakinan mereka lari ke lembaga swasta. Namun jumlahnya berapa kami belum tahu karena baru dilaporkan pekan depan oleh masing-masing lembaga," tutur Sutrisno.
Selain penekanan pada tema pelajaran, Sutrisno juga telah membuat sejumlah agenda khusus untuk memajukan sekolah negeri di Tuban. Salah satunya dengan meminta sekolah untuk memberi sosialisasi kelulusan ke berbagai siswa.
"Jadi yang disasar adalah sekolah-sekolah. Misalnya yang SMP memberi sosialisasi ke SD supaya lulusannya bisa bersekolah di tempat mereka. Dengan begitu angka kelulusan SD dan jumlah masuk ke SMP bisa sama," kata Sutrisno.
Ia mengatakan sosialisasi ini akan dibuat rutin dimulai pada tahun ajaran baru. "Yang kami inginkan sebagai pemerintah saat ini adalah kesempatan belajar seluas-luasnya. Entah itu mereka bersekolah di negeri atau swasta," kata Sutrisno.
Saat ditanya terkait hasil Penerimaan Peserta Didik Baru Gelombang Dua, Sutrisno mengatakan kalau hasilnya tak signifikan atau hanya menghasilkan sedikit pendaftar calon siswa baru.
Untuk mengatasi masalah ini, Sutrisno mengatakan sekolah yang masih tetap kekurangan murid diperkenankan tetap membuka pendaftaran sampai kapanpun. "Boleh menerima diluar waktu ini asalkan persyaratannya sesuai dengan yang diharapkan," tutur Sutrisno
Dalam kegiatan Pondok Ramadhan ini juga dimeriahkan oleh ceramah KH Zawawi Imron, seorang sastrawan yang memiliki julukan clurit emas.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tuban Sutrisno mengatakan mundurnya akhlak para remaja ini juga bisa menyebabkan banyak calon siswa kini memilih ke lembaga swasta, seperti Madrasah atau Pesantren.
Karena itu dia menyambut baik keinginan bupati tersebut untuk menekankan pendidikan moral bagi para siswa. Terlebih lagi, jumlah pelajar putus sekolah di Tuban sangat kecil. Pada tahun lalu, jumlah siswa yang putus sekolah hanya mencapai 0,12 persen dari jumlah siswa yang lulus.
"Jika diambil data itu, kami berkeyakinan mereka lari ke lembaga swasta. Namun jumlahnya berapa kami belum tahu karena baru dilaporkan pekan depan oleh masing-masing lembaga," tutur Sutrisno.
Selain penekanan pada tema pelajaran, Sutrisno juga telah membuat sejumlah agenda khusus untuk memajukan sekolah negeri di Tuban. Salah satunya dengan meminta sekolah untuk memberi sosialisasi kelulusan ke berbagai siswa.
"Jadi yang disasar adalah sekolah-sekolah. Misalnya yang SMP memberi sosialisasi ke SD supaya lulusannya bisa bersekolah di tempat mereka. Dengan begitu angka kelulusan SD dan jumlah masuk ke SMP bisa sama," kata Sutrisno.
Ia mengatakan sosialisasi ini akan dibuat rutin dimulai pada tahun ajaran baru. "Yang kami inginkan sebagai pemerintah saat ini adalah kesempatan belajar seluas-luasnya. Entah itu mereka bersekolah di negeri atau swasta," kata Sutrisno.
Saat ditanya terkait hasil Penerimaan Peserta Didik Baru Gelombang Dua, Sutrisno mengatakan kalau hasilnya tak signifikan atau hanya menghasilkan sedikit pendaftar calon siswa baru.
Untuk mengatasi masalah ini, Sutrisno mengatakan sekolah yang masih tetap kekurangan murid diperkenankan tetap membuka pendaftaran sampai kapanpun. "Boleh menerima diluar waktu ini asalkan persyaratannya sesuai dengan yang diharapkan," tutur Sutrisno